Sejarah Mesir
Republik Arab Mesir atau lebih dikenal sebagai Mesir adalah sebuah Negara yang sebagian wilayahnya terletak di Afrika bagian timur. Luas wilayahnya sekitar 997.739 km persegi dan ibu kota sekaligus kota terbesar di negaranya adalah Kairo. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur.
Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil. Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni.
Sejarah politik Hosni Mubarak
Hosni Mubarak dilahirkan pada tahun 1928 di Desa El Maselha Kahel. Dia menyelesaikan pendidikannya di akademi militer pada tahun 1949. Hosni Mubarak memulai karier berpolitisinya sebagai seorang teknokrat (Cendikiawan yang berkiprah dalam pemerintahan) yang ambisius dan menjunjung tinggi efisiensi. Sosok itulah yang akhirnya membuat rakyat Mesir menaruh harapan besar pada Mubarak sehingga Mubarak mampu memimpin mesir selama 5 periode.
Setelah perang Arab – Israel, Mubarak diangkat menjadi Kepala Angkatan Udara Mesir. Dia kemudian dikenal sebagai pembantu Presiden Mesir Anwar al Sadat dan diangkat sebagai Wakil Presiden Anwar Al Sadat pada tahun 1975.
Pada tahun 1979, Mubarak menjabat sebagai Wakil Presiden Partai Demokrat Nasional (NDP) dan langsung menjabat sebagai Presiden Republik Arab Mesir pada 1981. Dia menggantikan Presiden Anwar Al Sadat yang terbunuh pada 6 Oktober 1981 oleh kelompok radikal.
Kekuasan Mubarak selama hampir 30 tahun dilandasi dengan penindasan politik yang dibenarkan sebagai harga dari sebuah kestabilan Negara. Perannya dalam memerangi ekstrimisme Islam telah membuatnya terkenal di dunia barat. Namun sosok Mubarak yang menjadi panutan rakyatnya menghilang seiring bertambahnya usia.
Gejolak Mesir
Gejolak di Mesir terjadi pada tanggal 25 Januari 2011, dimana Rakyat mesir menuntut presidennya yaitu Hosni Mubarak untuk segera turun dari tahta Kepresidenan karena dianggap sudah tidak mampu lagi memimpin Mesir. Rakyat Mesir menginginkan Revolusi mesir cepat dilakukan dan hal ini menyebabkan demonstrasi besar-besaran sehingga bentrok antara warga Mesir yang pro Mubarak dan yang Anti Mubarak tidak dapat dihindarkan.
Berbagai cara telah dilakukan oleh para demonstran untuk menggulingkan Mubarak. Mereka melakukan berbagai macam aksi anarkis seperti membakar kendaraan pihak keamanan serta bangunan-bangunan milik pemerintah daerah. Aksi anarkis terjadi setelah warga Tunisia berhasil menggulingkan kekuasaan Presidennya yaitu Zine El Abidine Ben Ali dengan cara berunjuk rasa, sehingga hal ini menginspirasi warga Mesir untk melakukan hal yang sama
Pusat Demonstrasi terjadi di Tahrir Square, Kairo, puluhan ribu orang turun kejalan sehingga memasuki episode berdarah. Hujan tembakan mengarah ke demonstran yang menuntuk Presiden Mubarak turun, akibat kejadian ini setidaknya 10 orang tewas dan 1.500 orang terluka.
Berdasarkan data pada tanggal 2 Februari 2011, PBB memperkirakan jumlah korban tewas mencapai 300 orang pada unjuk rasa pemerintahan Mesir, dan jumlah ini terus meningkat setiap harinya dengan laporan-laporan yang belum di konfirmasi dan lebih dari 3.000 cedera dan ratusan orang lainnya ditahan. Sedangkan sumber-sumber keamanan dan medis di Mesir, mengatakan setidaknya 102 orang tewas dalam gelombang unjuk rasa yang melanda Negara Mesir tersebut.
Demonstrasi besar-besaran ini mengakibatkan terputusnya seluruh jaringan komunikasi yang terdapat di Mesir oleh pihak pemerintah baik itu jaringan komunikasi telepon maupun internet, karena pemerintah beranggapan bahwa semakin banyaknya demonstran yang turun kejalan disebabkan karena komunikasi yang dilakukan oleh warga Mesir melalui situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter.
Bukan hanya saluran komunikasi saja yang ditutup oleh pemerintah, bank-bank yang terdapat di Mesir juga ditutup oleh pemerintah Mesir, sehingga hal ini menyulitkan warga Mesir untuk mendapatkan bahan pokok. Namun berdasarkan kabar terakhir yang saya dapat bahwa bank-bank di Mesir telah dibuka kembali. Hal ini dikarenakan pemerintah Mesir memperkirakan kerugian yang terjadi karena penutupan bank-bank di Mesir dapat merugikan ekonomi Negara tersebut. Salah satu Bank yaitu Credit Agricole mengatakan bahwa penutupan Bank selama aksi demonstrasi berjalan mengakibatkan kerugian Negara mencapai US$310 juta perhari.
Mubarak Mundur
Setelah hampir tiga pekan berunjuk rasa, para demonstran yang terus berkumpul di at-Tahrir Square Mesir akhirnya bersorak gembira. Presiden Hosni Mubarak resmi mundur. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman di televise nasional Mesir pada hari jum’at tanggal 10 februari 2011.
Pernyataan mundur Mubarak ini langsung disambut meriah ribuan pengunjuk rasa di Tahrir Square dan sejumlah pelosok Mesir lainnya. Sementara itu, Mubarak dikabarkan meninggalkan Kairo menuju Sharm el-Sheikh. Kekuasaan selanjutnya diserahkan kepada militer.
Pemrotes Mesir yang berada di lapangan Tahrir di Kairo pusat menyatakan akan pulang setelah merayakan pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak pada Jum’at 11februari 2011. Para demonstran yang berada di Tahrir Square sejak tanggal 25 Januari mengatakan mereka akan bermalam di lapangan itu untuk merayakan kemenangan mereka sebelum akhirnya berkemas dan pulang.
Aset Mubarak Dibekukan.
Kejaksaan Mesir menerapkan cegah keluar negeri atas mantan Presiden Mesir Husni Mubarak dan keluarganya. Selain itu, Jaksa Abdel Magid Mahmud juga memerintahkan pembekuan semua aset keuangan Mubarak dan keluarga di dalam negeri.
"Putusan hari ini diambil berdasarkan gugatan atas kekayaan yang dikumpulkan mantan presiden dan keluarganya," bunyi sebuah pernyataan dari Kejaksaan Mesir, Senin 28 Februari 2011.
Swiss telah membekukan aset yang kemungkinan dimiliki oleh Hosni Mubarak setelah ia mengundurkan diri dari jabatan Presiden Mesir. Menurut juru bicara Lars Knuchel, dia telah memastikan bahwa swiss telah membekukan aset yang kemungkinan dimiliki oleh mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak. Sebagai dampak terhadap langkah ini, segala asetnya dibekukan selama tiga tahun.
Ia tidak menyebutkan berapa jumlah uang yang disita atau menyinggung keberadaan harta Mubarak tersebut.
Semua aset yang dimiliki keluarga Mubarak juga akan dipantau sehingga mengurangi resiko dirampasnya uang Negara. Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun dan keluarganya akan dilarang menjual atau mengalihkan kepemilikan properti, terutama real estate.
Dalam beberapa tahun belakangan, Swiss telah bekerja keras untuk memperbaiki citranya sebagai surga bagi para penimbun aset haram. Swiss juga telah membekukan aset yang dimiliki mantan presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali, yang digulingkan oleh aksi protes serupa bulan lalu, dan Laurent Gbagbo, yang menolak untuk mundur setelah kekalahan dalam pemilu yang diakui oleh seluruh dunia.
Revolusi dan gejolak banyak bermunculan di timur tengah
Demonstrasi antipemerintahan pecah di berbagai negara di Timur Tengah, seperti Iran, Yaman, Maroko, Libya dan Bahrain. Demam revolusi dan gejolak demonstrasi ini diperkirakan akibat pengaruh dari sukses revolusi penggulingan kepala negara di Mesir dan Tunisia.
Di Iran, demonstran tak kuasa menahan kekuatan aparat keamanan yang dengan beringasnya mengusir mereka. Pemerintah Iran sebelumnya telah melarang keras demonstrasi dan menganggap semua pendemo adalah musuh negara. Tak ayal, demonstran bubar dikejar oleh polisi bermotor.
Di Bahrain, titik kumpul massa demonstran di Alun-alun Mutiara diserbu aparat keamanan di pagi buta. Aparat disebut-sebut menembakkan peluru tajam, para penembak jitu di beberapa titik juga mengincar para demonstran. Puluhan orang dilaporkan tewas, ratusan lainnya terluka. Demonstrasi menuntut runtuhnya monarki ini.
Sumber-Sumber
Detik.com
VIVAnews.com
Dan Televisi