Terlihatlah kebodohanmu wahai sang pemimpin

1 . Sekarang " gedung DPR yang terhormat " bukan lagi sebuah istana nan megah yang dapat menampung aspirasi rakyat, tapi sekarang fungsi " gedung DPR yang terhormat " adalah tempat untuk menampung sekumpulan badut tolol yang ingin membuat rakyat tertawa karena tingkahnya. " dengan bayaran sebuah fasilitas kemewahan dan sebuah kemudahan membodohi rakyat yang tidak akan dapat pernah pintar ".

2. Telanjang tetaplah telanjang. Mau kau tutupi dengan secarik kertas bagiku ini adalah ketelanjangan. Ini bukan sekedar ketelanjangan perilaku tapi ini adalah ketelanjangan moral bangsaku.

Setan - setan pendusta

Setan - setan pendusta


Pemimpinmu berbicara bagaikan dewa.

Berbicara tentang Tuhan saat dia bersuara.

Matipun dia tidak bisa.

Tapi ketika hidup banyak sekali yang menderita.

Hanya setan – setan di kepala yang berbicara kepadanya.

Tuhan – tuhan ingin ku bunuh dia.

Membunuh rasa ibanya.

Membunuh rasa kasihannya.

Tuhan oh tuhan banyak sekali di negeri ini orang berdusta.

Haruskah aku ikut berdusta, berdusta sesama bangsa.

Berdusta akan hidup rakyat bangsa ku.

.dLv.

Tuan – tuan berdasi

Tuan – tuan berdasi

Tuan – tuan berdasi yang tak ingat janji.

Mengubah profesi jadi hak sendiri.

Bilang cinta negeri padahal benci.

Janji hanyalah janji, begitulah hidup tuan – tuan berdasi.

Merasa Tuhan di negeri sendiri.

Ketika hidup rasanya yang mati dan ketika mau mati hanya bisa berjanji.

Tuan – tuan berdasi hanya bisa korupsi.

Ketika ditanya janji dia berpikir untuk pergi.

Tuan – tuan berdasi hanya mati di dalam jeruji.

Ketika di dalam jeruji dia bisa ada di luar negeri.

Aku ingin jadi tuan – tuan berdasi bisa keluar negeri karena korupsi.

Seandainya negeri ini banyak hidup tuan – tuan berdasi, tapi..

bukan tuan – tuan berdasi yang memikirkan diri sendiri. 

.dLv.