Sekitar 140 pabrik dari 270 pabrik genteng di sentra genteng Plered dan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, tutup karena bangkrut dalam kurun lima tahun terakhir. Para pengusaha kesulitan menghadapi kenaikan ongkos produksi, stagnannya harga genteng, serta lesunya penjualan.
Didin (41), mantan pemilik usaha genteng skala rumahan di Desa Citeko, Kecamatan Plered, Jumat (4/6/2010), menyebutkan, kenaikan harga bahan bakar minyak pada Oktober 2005 mengakibatkan puluhan pabrik tutup. Sebagian pengusaha beralih ke bahan bakar kayu, tetapi harganya terus naik lima tahun terakhir.
Didin mencontohkan harga kayu karet yang naik dari Rp 1,4 juta per truk (12 meter kubik) pada tahun 2007, menjadi Rp 2 juta tahun lalu, dan Rp 2,5 juta per truk saat ini. Kayu, yang pada tahun 2007 dijual kurang dari Rp 1 juta per truk, kini dijual Rp 1,2 juta atau lebih per truk.
Karim (58), pedagang genteng di Desa Pamoyanan, Kecamatan Tegalwaru, menambahkan, enam dari delapan pabrik yang menyuplai genteng ke tokonya bangkrut akibat kenaikan harga minyak. Dua pabrik yang bertahan kini memproduksi dalam jumlah yang lebih kecil akibat lesunya permintaan.
"Tahun 2000 saya bisa mengambil untung Rp 162 per biji dari pembeli di Karawang. Namun, lima tahun kemudian menurun Rp 60 per biji karena harga jual stagnan dan ongkos produksi terus naik. Usaha saya pun bangkrut dan tutup tiga tahun lalu," tambah Karim.
Data Kantor Litbang Genteng dan Bata Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta, pada tahun 2004 terdapat 270 unit usaha pembuatan genteng dengan 13.016 pekerja di sentra Tegalwaru dan Plered. Kenaikan harga bahan bakar minyak pada Oktober 2005 menghancurkan puluhan pabrik genteng. Tahun 2006 jumlah pabrik genteng berkurang menjadi 187 unit dan terus berkurang menjadi 130 unit usaha dengan 3.162 pekerja pada 2009.
Menurut Kepala Bidang Perindustrian Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Purwakarta Muhamadan Arnom, bahan bakar dan variasi produk di pasar menjadi faktor utama penyebab terpuruknya industri genteng rakyat.
Upaya menyelamatkan industri genteng yang telah dilaksanakan yakni diversifikasi produk. Sebagian pabrik genteng bertahan dengan memproduksi roster, keramik beton, dan bata dinding. Beberapa produk itu kini mulai diincar konsumen dan menjadi alternatif bahan bangunan.
sumber : regional.kompas.com.
0 Comments:
Posting Komentar